Pages

SPACE FOR IKLAN

Minggu, 09 Oktober 2011

Kisah Sekala Brak Dipentaskan Kembali


Drama Tari "Sansayan Sekeghumong"
( video dapat dilihat di bawah )Akan dipentaskan kembali di Jogjakarta dalam event" International Etnik Culture " 9 oktober 2011
di monument serangan umum benteng vredeburg jogja



Nujum Gerinung di tanah kerajaan Skala Brak
Percintaan berbeda kasta adalah tabu
Pangeran dan rakyat jelata tak akan bersatu
Darah "Saibatin" harus selalu biru
Tak akan bercampur darah jelata Seperdu
: Inilah titah Pun Beliau Ratu
Bertaruh nyawa risalah cinta tanpa restu
Kemurkaan Sekeghumong Saibatin Ratu
(Saliwa)


Sansayan Sekeghumong adalah tarian tentang kemurkaan. Garapan koreografer muda Ayu Endiarti dan Dina Febriani ini melibatkan tujuh penari beserta tujuh pengiring musik yang kesemuanya berasal dari Lampung. Mereka adalah mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa Lampung dan sedang menempuh studi di berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.
Pertunjukan itu mengisahkan Kekuk Siuk, Pangeran Sekala Bgha yang memimpikan Seperdu menjadi Ratu Skala Bgha. Ia ingin mendudukkan kekasihnya yang berasal dari perempuan desa itu menjadi permaisuri "semua kasta", berbekal keyakinan bahwa kelahiran seorang anak manusia dari perkawinan keturunan Wangsa Sekala Bgha dengan rakyat jelata tidak melanggar aturan dewa. Tapi tidak bagi ibundanya, Ratu Sekeghumong. Perkawinan semacam itu hanyalah cara purba yang biasa ditempuh para penakluk untuk mengakhiri perlawanan musuh-musuhnya dan tak lebih dari sekadar ungkapan tanda takluk suatu bangsa terhadap bangsa lain. Kisah cinta putra mahkota dan Seperdu, gadis pekon pedalaman Kulut itu pun berakhir  dengan kematian tragis Seperdu.
Kisah Sansayan Sekeghumong sendiri adalah hasil eksplorasi yang bersumber dari salah satu bagian cerita dalam novel Perempuan Penunggang Harimau karya M. Harya Ramdhoni (BE Press, 2011) yang mengangkat kenyataan sejarah asal muasal Lampung.
Pentas perdana telah dilaksanakan pada saat dalam rangkaian Gelar Kereografi Ajang Kreasi 2011 di Stage Tedjokusumo Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (4-6) lalu. digarap Ayu Endiarti dan Dina Febriani. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY). Penata musik Risendy Nopriza, mahasiswa Jurusan Entomusikologi, Institut Seni Indonesia.
Setiap tahunnya mahasiswa Lampung yang berproses di Yogyakarta menghasilkan dua sampai tiga garapan baru dalam bentuk pertunjukan tari yang mengangkat kebudayaan Lampung. Meskipun proses kelahiran karya tersebut masih terbatas pada jalur formal pendidikan seni tari, tidak bisa dipungkiri bahwa Lampung mampu memberi insiprasi bagi kemunculan kreator-kreator baru dibarengi dengan catatan-catatan penting yang masih sangat terbuka bagi siapa saja untuk terlibat memberikan kontribusi dalam kerangka pengembangan dan pendokumentasiannya.
"Sesungguhnya novel Perempuan Penunggang Harimau bisa menjadi modal kita untuk melahirkan karya-karya besar," ujar Novan Adi Putra Saliwa, anggota Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Pelajar Mahasiswa Lampung (Himpala) Jogja yang juga salah satu penari dalam pertunjukan tersebut. "Jika belajar dari pergelaran Sendratari Ramayana yang sudah dikenal hingga mancanegara, selayaknya pertunjukan Sansayan Sekeghumong bisa menjadi pemantik lahirnya Sendratari Skala Brak," kata Novan. Tidak berlebihan jika pertunjukan Sansayan Sekeghumong membutuhkan apresiasi lebih dan panggung yang luas, khususnya di Lampung sendiri.

Bagian tulisan: Sigid Nugroho  http://saliwanovanadiputra.blogspot.com

1 komentar:

  1. ..sebuah kata akan brubah makna nya dr yg dimaksud kan apabila diawali atau di ahiri dngn imbuhan.Bgitu jg dngn penulisan nama,.di baca an diatas,ditemukan nama Kekuk siuk.?apa kekuk suyuk? Sdangkan penulis ini sendiri tau lbih banyak tentang yg di tulis nya..Jd,kesimpulan sy,kt hormati lah yg punya nama,dan tulis lah nama nya dngn benar.KUKUK SUIK..trims

    BalasHapus